Tuesday, January 04, 2005

Tsunami, bencana bagi Indonesia dan perang di Aceh

26 Desember 2004 telah terjadi sebuah tragedi kemanusiaan terbesar yang pernah berlangsung di dunia. Pada saat itu terjadi sebuah gempa berkekuatan 9,1 skala richter tepat di samudera hindia, akibat gempa tersebut terjadilah gelombang tsunami yang menghantam negara-negara di sekitar samudera hindia seperti Indonesia, India, Srilangka, Thailand, Malaysia, Bangladesh, Birma hingga arus ombak mencapai kepulauan maldive dan benua Afrika.
Ratusan ribu manusia menjadi mayat dikarenakan kerasnya hantaman ombak tsunami yang datang secara tiba-tiba dan berkecepatan seperti pesawat boeing. Bukan hanya itu hantaman arus tsunami juga memusnahkan bangunan-bangunan penduduk yang jaraknya tidak jauh dari lokasi pantai. Hati kita sebagai manusia terhenyut ketika menyaksikan di layar televisi ribuan orang berusaha mencari selamat dari arus ombak tsunami, bahkan arus yang deras tersebut membawa bangunan rumah serta kendaraan-kendaraan. Berbagai video amatir mengabadikan gambar ombak sebagai bukti betapa dasyhatnya tragedi tsunami ini. Hingga saat ini tsunami asia telah memakan korban sekitar 150.000 orang dan diperkirakan jumlahnya akan semakin bertambah, Belum lagi ribuan orang yang hilang.
Dampak dari tragedi ini ialah banyaknya bangunan-bangunan yang hancur rata dengan tanah serta ribuan mayat bergelimpangan dijalan-jalan maupun menyangkut diantara puing-puing reruntuhan bangunan, sampai minggu ini televisi terus menayangkan perkembangan dari musibah tsunami ini.
Bencana tsunami asia ini terjadi ketika dunia saat ini masih berkecamuk dengan berbagai konflik, antara lain pendudukan pasukan imperialis Amerika dan Inggris atas Irak yang serta merta menyerang berbagai kota dinegara ini seperti fallujah, kemudian konflik Palestina yang negaranya dijajah oleh Israel bahkan ketika tulisan ini dibuat pasukan Israel sedang melakukan penggempuran terhadap jalur gaza. Dan bertepatan pula dengan pemilu di Ukrania dimana dua kubu borjuis sedang bertarung dan dimenangkan oleh Presiden rekayasa barat yaitu vicktor yuschenko. Dengan terjadinya bencana ini dunia seakan tersisihkan perhatiannya kepada nasib para korban musibah tsunami, dan telah menimbulkan rasa kemanusiaan yang tinggi.
Musibah tsunami ini telah membuat rasa solidaritas internasional dimana di setiap kota seluruh dunia banyak tempat yang menyediakan kotak-kotak permohonan bantuan untuk korban gempa, serta banyaknya penduduk dari berbagai penjuru dunia menyelenggarakan renungan pada malam pergantian akhir tahun. Tapi diantara rasa solidaritas yang tinggi tersebut banyak pula pertanyaan yang perlu diajukan kepada Amerika Serikat khusunya Bush, yang hanya membantu dengan sedikit dana dan terkesan merespon tragedi ini sangat lambat. Bush sendiri ketika mengadakan jumpa pers bersama bush senior dan bill Clinton terkesan menanggung bantuan ini hanya kepada warganya saja, tetapi yang perlu dipertanyakan ialah dimana dana perang yang anda miliki mr bush???. Anda merespon tragedi ini sangat telat dan bencana tsunami pun tidak dapat di deteksi saat dini, tidak seperti di samudera pasifik yang telah memiliki alat pendeteksi dini tentang ancaman gelombang tsunami. Sehingga warga dapat menyelamatkan diri terlebih dahulu tanpa terjadinya jumlah korban yang semakin bertambah. Untuk Bush sebaiknya kerahkan seluruh dana perang yang anda miliki untuk pemasangan alat deteksi dini tentang tsunami dan juga menolong rehabilitasi bangunan pasca gempa. Dan segera hapuskan seluruh hutang negara-negara yang tertimpa musibah tsunami.

Bencana bagi Indonesia
Untuk Indonesia tragedi ombak tsunami akan menambah beban hidup baru bagi rakyat Indonesia, hal ini di karenakan krisis yang hingga saat ini masih berkepanjangan, kemudian jumlah pengangguran yang terus meningkat, konflik politik yang dibuat oleh kelompok-kelompok pro status quo, bahaya militerisme, kemiskinan, korupsi, hingga pemerintahan yang selalu tunduk dengan ekonomi pasar bebas dan masih banyak lagi permasalahan yang dihadapi negeri ini. Belum lagi rencana rencana pemerintah saat ini yang akan menaikkan harga bahan bakar minyak disertai naiknya harga kebutuhan pokokyang direncanakan bulan januari kemudian diundur menjadi bulan februari. Rakyat Indonesia kini hidup dalam ketidakpastian akibat kebijakkan pemerintah maupun permainan politik yang dilakukan oleh kelompok-kelompok pro masa lalu yang banyak menciptakan konflik sehingga membelokkan isu perubahan yang sebenarnya. Tragedi ombak tsunami apakah akan menambah beban hidup bagi rakyat Indonesia? Jawabnya tergantung dari bagaimana kebijakkan pasca gempa oleh pemerintah dan juga masyarakat pekerja di Indonesia yang saat ini juga sudah mulai terasa akibat krisis ekonomi berkepanjangan.
Namun tragedi ombak tsunami telah menyadarkan rakyat Indonesia akan jiwa kebersamaan dan tolong menolong. Hal ini nampak dari kesadaran masyarakat yang secara sukarela membangun posko-posko bantuan mulai dari linkungan rumah, universitas, sampai di jalan-jalan besar bahkan sampai ke pusat perbelanjaan. Kesadaran ini nampaknya tumbuh karena jiwa persaudaraan yang kuat dan rasa solidaritas yang tinggi, bahkan sampai ada beberapa orang yang merelakan diri menjadi sukarelawan tanpa mau dibayar mudah-mudahan rasa spontanitas ini bukan pada akhirnya merasa sebagai pahlawan penyelamat. Tetapi dibalik kesadaran rakyat tersebut ternyata aparatur negara sempat bergerak lambat dalam menangani musibah ini. Terbukti dari informasi yang telat dari televisi lokal. Dimana ketika BBC,CNN dan media internasional lain menayangkan liputan secara mendetail dan terus menerus setiap jam, televisi lokal hanya menayangkan separuh-separuh. Baru ketika malam hari media tv lokal menayangkan terus menerus setiap jam. Namun salah satu tv lokal seperti metro tv ( stasiun tv ini milik ketua dewan penasihat partai golkar ) membuat propaganda-propaganda sampah. Tv ini membuat slogan bencana dengan tema Indonesia menangis padahal musibah ini adalah tragedi dunia dan beritanya terlalu membangkitkan nilai-nilai nasionalisme. Kemudian televisi ini hanya menjadi alat propaganda tentara yang selalu mengeluarkan statement akan perlawanan terhadap pasukan tentara aceh merdeka. Serta televisi ini selalu menayangkan lagu-lagu perjuangan yang bersifat nasionalis terkesan ini adalah bencana perang bukan bencana alam.

Kemudian gerakan dari pemerintah Indonesia yang begitu lamban dan terlalu banyak birokrasi. Masyarakat mungkin menyadari bahwa bencana ini sangatlah besar hingga melumpuhkan seluruh kota di aceh, namun diharapkan pemerintah harus bertindak cepat. Sebagai gambaran hingga tiga hari setelah bencana pemerintah belum melakukan tindakan maksimal, hari-hari setelah terjadinya tsunami pemerintah lebih banyak melakukan rapat-rapat koordinasi sedangkan mayat-mayat masih bergelimpangan di kota-kota aceh. Bahkan masih sempat mengestimasi biaya kerugian padahal aceh saat itu lumpuh total. Barulah ketika bantuan internasional mulai mengalir pemerintah agaknya mulai bertindak. Kelambatan pemerintah inilah yang pada akhirnya membuat proses evakuasi korban yang berlarut-larut hingga saat ini. Dan saat ini bantuan pun sudah mulai tersalurkan meski wilayah seperti lhok ngah,meulobah, dan aceh jaya masih agak sedikit terlambat akibat hancurnya satu kota tersebut rata dengan tanah. Dan banyaknya jalan yang terputus, belum lagi warga aceh sempat bingung untuk mengungsi. Para pengungsi sempat bingung mencari posko-posko penampungan dan hal ini yang membuat banyak warga terpisah dari keluarganya. Selain itu banyak bantuan dari masyarakat Indonesia yang saat ini menumpuk di berbagai gudang-gudang sehingga terjadi penumpukkaan barang bahkan beberapa bungkus bantuan banyak yang rusak. Kejadian ini di perparah lagi dengan banyaknya kasus perdagangan anak yang kehilangan orang tuanya, sehingga permasalahan ini akanlah menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah Indonesia.
Dari beberapa permasalahan tersebut jelaslah ini bencana besar bagi Indonesia dan kini dihadapi oleh permasalahan pasca gempa yang sangat traumatik ini. Sedangkan permasalahan dalam negeri Indonesia yang masih harus banyak penanganan cepat dari kekuasaan sekarang, apalagi kekuasaan sekarang lebih cenderung pro dengan pasar bebas. Jangan sampai penyelesaian keseluruhan permasalahan ini diserahkan kepada pasar global dan membiarkan kapitalisme global dengan korporasi-korporasinya merenggut hak-hak publik beserta pekerja yang pada akhirnya akan menambah jurang baru kemiskinan di masa depan rakyat Indonesia. Adanya konferensi mengenai tsunami di Indonesia jangan dijadikan sebagai momentum untuk melancarkan globalisasi masuk secara cepat dan pada akhirnya merugikan rakyat, apabila hal ini benar-benar terjadi maka bencana besar akan kembali menghantam Indonesia.

PERANG DI ACEH
Bagi rakyat Aceh musibah tsunami telah menambah derita berkepanjangan, setelah mengalami perang selama hampir 30 tahun terakhir ini. Aceh mempunyai korban jiwa terbanyak akibat terjangan ombak tsunami yaitu sekitar 98.000 penduduk kota ini meninggal dunia. Beberapa desa yang bertepatan dengan tepi pantai telah habis rata dengan tanah akibat ombak besar yang menggulungnya. Kota banda aceh yang penuh dengan keindahan pun tidak luput dari terjangan arus besar sehingga menyebabkan kota ini lumpuh total. Pusat gempa sendiri berawal dari propinsi aceh ini tepatnya disekitar aceh barat dimana gempa awal yang berkekuatan 9,1 skala richter kemudian dilanjutkan dengan ombak tsunami.
Rakyat aceh yang telah lama mengalami konflik sipil seakan tidak berdaya lagi menghadapi bencana besar ini. Semenjak 1975 mereka terus menerus hidup didalam konflik apalagi ketika pada jaman soeharto propinsi ini dijadikan daerah operasi militer dengan alasan untuk menumpas gerakan pengacau keamanan yang terjadi di aceh. Namun pada kenyataanya ribuan rakyat sipil telah menjadi korban sehingga gerakan untuk merdeka pun semakin kencang disuarakan oleh sebagian rakyatnya. Pada tahun 1998 ketika soeharto jatuh dari kekuasaan banyak harapan dari masyarakat aceh akan terjadinnya perubahan. Tetapi karena pemerintah pusat ketika itu habibie tidak merespon dengan serius maka timbullah niat untuk referendum dari rakyatnya. Sementara di pusat banyak usaha untuk meredamnya antara lain dengan akan dibuatkannya otonomi khusus. Sementara ketika pemerintahan gusdur propinsi ini mendapat angin segar akan referendum tetapi kebijakkan kembali berubah menjadi proses dialogis terlebih dahulu yang diinginkan presiden kala itu. Dan pada era pemerintahan presiden megawati propinsi ini semakin menjadi terkatung-katung, bahkan pemerintah merubah propinsi aceh menjadi daerah otonomi islam. Dimana pemerintah memberlakukan syarikat islam di aceh serta mengganti nama aceh menjadi nanggroe aceh Darussalam, pergantian nama ini hanyalah taktik dari pemerintah untuk memancing persatuan dengan gerakan aceh merdeka. Bahkan pemimpin gerakan aceh merdeka yang saat ini berada di swedia yaitu hassan tiro sempat diajak untuk berdialog dengan pemerintah Indonesia namun belakangan tujuannya berubah ingin menagkapnya. Akhirnya aceh di berlakukan darurat militer dengan alasan untuk menumpas habis pasukan gerakan aceh merdeka, sepanjang darurat militer banyak pula rakyat sipil yang menjadi korban. Keadaan aceh pun menjadi tidak menentu banyak warga yang harus pergi karena apabila mereka tetap bertahan penembakkan selalu terjadi, perang di aceh juga telah merenggut nyawa wisatawan asing dari jerman dan wartawan televisi nasional. Hubungan dengan propinsi aceh selama darurat militer semakin sulit karena segala macam arus informasi di kontrol oleh panglima darurat militer disana, tetapi semenjak tragedy tsunami barulah komunikasi dan juga berbagai kelompok internasional di perbolehkan masuk.
Perang di aceh pada jaman pemerintahan megawati dimulai tetap ketika pasukan amerika serikat menyerang irak, entah ini sebagai ikut-ikutan perang ataukah sengaja tanpa sengaja tanggalnya bersamaan. Setelah satu tahun mengalami perang di era pemerintahan megawati, pemerintah merubah statusnya menjadi darurat sipil. Tetapi ini tetap tidak merubah kondisi di aceh karena rakyat selalu dibayangi oleh rasa ketakutan, pemerintah menyeragamkan kota ini dengan nuansa naisonalisme Indonesia sehingga rakyat mau tidak mau mengikuti aturan ini. Pada era pemerintahan sekarang yaitu susilo bambang yudhoyono aceh semakin tidak menentu keadaanya karena pemerintah masih belum mencabut sistem darurat sipilnya. Malah terakhir gubernur aceh saat ini sedang ditangkap akibat kasus korupsi pembelian pesawat helicopter. Entah sampai kapan derita aceh ini akan terus berlangsung.
Aceh yang berada di ujung pulau sumatera yang merupakan propinsi pertama dalam geografi Indonesia dan letaknya berdekatan dengan selat malaka serta dekat negara-negara asean lainnya. Akar dasar masalah yang diinginkan oleh rakyat aceh ialah mereka sebenarnya tidak ingin terlalu banyak di kontrol oleh pemerintahan pusat, karena sudah sangat lama rakyat aceh tidak pernah merasakan hasil dari wilayahnya sendiri justru inilah salah satu penyebab mengapa adanya pasukan gerakan aceh merdeka. Di aceh sendiri saat ini berdiri banyak pabrik-pabrik milik perusahaan luar negeri seperti perusahaan minyak Exxon mobil yang telah berdiri semenjak tahun 80-an dan perusahaan pupuk gabungan milik negara asean di lhoksumawe.
Dengan terjadinya bencana tsunami yang telah menghancurkan sebagian wilayah aceh ditambah meningkatnya jumlah pengungsi maka sudah saatnya sistem darurat sipil untuk segera di hentikkan di wilayah aceh, karena penderitaan kini semakin bertambah. Apalagi hampir sebagian kota di propinsi telah rata dengan tanah dan bangunan-bangunan rumah sudah tiada lagi, maka kemiskinan, penyakit dan dampak psikologi membayangi aceh. Maka janganlah dalam keadaan seperti ini dimanfaatkan sebagai sarana untuk membangkitakan perlawanan terhadap saudara kita sendiri. Serahkan penyelesaian aceh ini kepada rakyat aceh sendiri ataupun proses dialog diteruskan karena penyelesaian dengan senjata akan semakin memperpanjang derita rakyat aceh. Semoga damai akan terjadi di aceh….

Menulis Dengan Rasa

Menulis dengan rasa, inilah behind the scene dari proses menulis opini untuk Harian Kompas yang terbit (27/05/23).  Pagi itu saya sehabis la...