Monday, February 19, 2007

Realitas ala pasar bebas

Hidup dalam dunia yang semakin serba cepat saat ini harus dengan sangat selektif memilih waktu, ucapan tersebut dikatakan oleh seorang kolega saya pada saat kami berbicara di sela-sela waktu istirahat kampus. Pernyataan ini juga sering dikemukakan oleh beberapa orang ketika kita jenuh atau mencari topik pembicaraan sebagai bahan diskusi. Akhir-akhir ini secara individu mungkin sebagian dari kita carut marut dan kerja keras menghadapi realitas hidup yang semakin cepat dan dipaksa untuk mengikuti arus ini. Hampir seluruh kehidupan kita saat ini didominasi oleh kecepatan serta ketangkasan kita dalam melakukan perjuangan untuk survive hidup sebagai seorang manusia,tidak heran apabila kita lihat disekitar kehidupan kita sehari-hari banyak orang berjuang untuk dapat mempertahankan hidup, dengan bekerja keras dalam waktu yang tidak kenal lelah dan semua ini dilakukan demi memenuhi segala macam kebutuhan hidupnya. Sebab kebutuhan untuk memenuhi hidupnya makin meningkat di suatu era saat ini yang dimana konsumerisme sangat di jadikan oleh patokan ekonomi kapitalisme.
Secara sadar maupun tidak sadar bahwa kehidupan realitas yang seakan-akan terjadi saat ini kalau dilihat lebih dalam dan secara kritis maka akan terlihat terjadinya sebuah manipulasi maupun ilusi. Mengapa demikian? sebab apa yang kita lihat,dengar, rasakan disekitar kehidupan ini bisa jadi hanyalah kehidupan yang didominasi oleh rekayasa atau buatan ala monopoli kekuatan tertentu, apalagi karakter kehidupan disekitar kita sehari-hari dipenuhi oleh budaya latah atau ikut-ikutan dengan giat bergotong royong dalam kelompok-kelompok hobi, gang, arisan, keluarga feudal, dll. Banyak yang anggap hal – hal demikian merupakan sebuah realitas ataupun nyata didepan mata, namun sadarkah kita bahwa ini sebenarnya awal dari sebuah realitas rekayasa.

Realitas yang telah diciptakan dengan lebih dulu dilakukan pemetaan terhadap tren kehidupan dan karakter massa pada umumnya, apalagi karakter massa kita saat ini dalam posisi pasrah dan mengambang yang disebabkan oleh karena naiknya BBM, kebutuhan hidup yang meningkat, transisi perubahan yang dinodai oleh politisi korup, dll. Sehingga dari dasar itulah masyarakat saat ini pada umumnya pasrah dan nerimo dengan keadaan seperti ini. Dalam kondisi inilah masyarakat butuh sekali hiburan dan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi kebosanan, tetapi bukan hanya sebuah hiburan melainkan juga sebuah kegiatan yang perlu dilakukan untuk menghapus kejenuhan kehidupan. Contoh hal-hal ini ialah dalam hiburan, masyarakat rela mengeluarkan cukup banyak uang untuk mengkonsumsi kebutuhan hidupnya baik yang penting maupun yang tidak seperti kegiatan makan dan nongkrong di café – café yang menyediakan suasana nyaman dilengkapi makanan kuliner dengan citarasa menakjubkan atau sekedar nongkrong makanan pinggir jalan sambil bercerita mengenai permasalahan kehidupan aktivitasnya. Pendeknya banyak hal yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengisi waktu luang hidupnya yang selalu penat baik karena pekerjaan ataupun aktivitas lain, bahkan berbelanja pun bisa jadi salah satu pelariannya Berbelanja yang menurut seorang kolega saya merupakan suatu kebutuhan hiburan juga, seperti berbelanja pakaian, makanan, atau supermarket. Kesemuanya dianggap sebagai hiburan dari kejenuhan mereka sehari-hari dalam pekerjaan ataupun aktivitasnya.

Kejenuhan ini berhubungan dengan suatu kegiatan yang memakan waktu cukup padat dan ketat sehingga waktu-waktu kosong dijadikan hiburan bagi mereka. Kegiatan yang jenuh tersebut bisa kita lihat dari semakin padatnya jumlah jam kerja kantor bahkan hingga lembur begitu lama, menumpuknya jumlah kerjaan yang harus memakan deadline begitu cepat, belum lagi konflik-konflik di dalam kantor untuk mengejar kekuasaan seperti prilaku para politisi borjuis, hingga sibuk mencari pamor untuk promosi ke jenjang yang lebih tinggi di kantor. Intinya kegiatan yang padat tersebut tersedot hanya untuk mengejar keinginan mimpi kita apapun itu, kepadatan ini hampir sama dengan film asterix dan obelix ketika mereka membantu membangun istana bagi Cleopatra di Mesir dalam waktu 6 bulan. Namun sayangnya kegiatan kita sehari-hari ini tidak perlu memakai minuman ramuan ajaib agar kuat tetapi hanya butuh ketabahan kita dari berbagai serangan penyakit seperti tipus misalnya. Adapula orang yang melakukan kegiatan padat tersebut hanya untuk gengsinya biar dianggap tren atau diakui, adapula sebagai pelarian dari kepenatan hidup yang terjadi dalam rumah tangga sehingga harus menyalurkannya diluar rumah agar konflik terjadi bukan didalam rumah tetapi diluar rumah.



Kalau kegiatan dan hiburan diatas memiliki rantai yang berhubungan, maka perlu dicermati juga jenis kegiatan lain yang mungkin tidak berhubungan tetapi ada relasinya yaitu pengangguran resmi dan terselubung. Pada hakikatnya pengangguran terjadi bukan karena rakyat yang malas melainkan negara tidak memberi kesempatan yang luas bagi rakyatnya untuk bekerja, yang ini semua berdasarkan pada kesempatan bagi rakyat untuk mendapatkan pendidikan gratis dari TK,SD,SMP,SMA sampai Universitas tidak dimonopoli oleh kekuatan pengusaha dan swasta namun dikontrol sendiri oleh dewan pekerja pendidikan. Karena pekerjaan akan mudah didapat jika kesempatan kerja dan pendidikan dapat merata diciptakan. Kembali pada dua kegiatan pengangguran yang disebut tadi yaitu terselubung dan resmi, kalau pengannguran resmi biasanya kegiatan yang dilakukan lebih banyak mencari lamaran-lamaran pekerjaan. Sedangkan yang terselubung kegiatannya banyak dilakukan untuk survive mempertahankan hidup ataupun mengisi aktivitas seperti berkumpul-kumpul, menonton televisi, atau mencari proyek-proyek pragmatis dengan menongkrong di mal-mal dan hotel.
Fenomena lain lagi yang dapat kita lihat dalam alam realitas saat ini ialah polarisasi keluarga, banyak kita temui diberbagai tempat umum seperti mall, taman kota, dan berbagai tempat hiburan dapat terlihat banyak keluarga pergi bersama-sama untuk melakukan kegiatan hiburan. Kegiatan berkumpul tersebut tentu saja tidak dapat kita hindari dari mata kita sehari-hari ketika sedang berpapasan terlihat, mungkin saja keluarga menjadi salah satu tempat hiburan bagi sepasang suami istri melepaskan kelelahan dari kerja yang sangat padat setiap harinya. Namun mengapa saya menyebutnya polarisasi?? Jawabannya cukup simple, pernahkah anda semua membayangkan bahwa institusi keluarga bisa menjadi sumber awal dari tumbuh kembangnya Kapitalisme. Hal ini bisa dibuktikkan dari sistem yang berlaku dalam keluarga tersebut, saya beberapa waktu yang lalu mendengarkan siaran radio pagi hari di i radio ( salah satu radio yang selalu memutarkan lagu-lagu indonesia). Dalam siaran radio tersebut si penyiar sedang membahas tentang keluarga, salah seorang penyiarnya memberi ilustrasi bagaimana keluarga itu seperti sebuah perusahaan atau P.T. yaitu si suami sebagai direktur dan istri menjadi manajer, penyiar membahas ini mengenai pengaturan uang dalam keluarga. Apabila memang keluarga sebagai perusahaan maka bisa kita bayangkan apabila komunitas keluarga yang cukup banyak kita lihat disekitar kehidupan realitas sehari-hari itu adalah P.T atau perusahaan keluarga yang sedang melakukan tamasya, berarti bisa jadi kehidupan realitas kita adalah kehidupan yang telah dibentuk oleh sistem perusahaan itu.

Neoliberalisme dengan segala aturan –aturannya berusaha untuk menembus segala bentuk kehidupan mulai dari hal yang paling besar yaitu proses perdagangan bebas yang tidak mengenal batas negara dengan kemenangan kapitalisme, sampai yang paling kecil disekitar lingkungan kita. Kehidupan realitas disekitar kita saat ini bisa jadi adalah sebuah rekayasa untuk mewujudkan jalannya sistem ini. Sistem pasar yang mengandalkan pragmatisme uang untuk konsumerisme bukan kebutuhan, keutuhan keluarga dinilai dari segi perusahaan, kumpulan kelompok yang dilemahkan, pemerasan terhadap sistem kerja, kebudayaan pop yang didewakan. Nyaris sistem pasar bebas telah masuk dalam kehidupan nyata kita sehari – hari, maksud tulisan ini bukan untuk membuat kita menjadi orang yang menutup diri tetapi untuk lebih kritis terhadap lingkungan sekitar.

Pertanyaannya apa yang harus dilakukan?? Banyak hal bisa dilakukan dalam menghadapi sistem realitas pasar bebas yang makin mengakar ini, beberapa diantaranya ialah jiwa individu yang harus dibentengi dengan kuat. Artinya otonomi individu kita sebagai manusia harus lebih kokoh dan tidak terpengaruh oleh arahan ala pasar ini, kita harus bisa mewarnai situasi sekitar kita dengan pemikiran – pemikiran yang beda dan kritis namun penuh tanggung jawab. Tidak mudah terbawa arus polarisasi dalam kumpulan kelompok ataupun lingkungan kerja. Ini bukan sebuah tips namun alat penjaga bagi kemenangan hak – hak kita sebagai manusia sebab arus realitas disekitar kita sudah semu banyak yang mengklaim bahwa ini adalah realitas tapi kemudian pertanyaannya kenapa realitas yang ada sekarang juga hanya sebuah jargon dan mimpi….

Menulis Dengan Rasa

Menulis dengan rasa, inilah behind the scene dari proses menulis opini untuk Harian Kompas yang terbit (27/05/23).  Pagi itu saya sehabis la...