Thursday, February 16, 2012

Demokrasi dalam Media Internet

     Internet telah menjadi ruang bagi masyarakat untuk mengekspresikan diri, menggali informasi, bahkan memobilisasi massa. Hal ini terbukti pada gerakan sosial di Tunisia pada tahun 2011 yang lalu ketika internet menjadi penggerak mobilisasi massa yang kemudian menjadi pemicu bagi munculnya demonstrasi besar di Mesir, Libya, dan Syria yang secara tidak langsung mempengaruhi kondisi sosial politik di Timur Tengah
. Selain di dunia Arab tersebut, aksi protes juga terjadi di negara Eropa seperti Yunani, Inggris dan negara lainnya akibat krisis ekonomi yang melanda negara-negara tersebut. Sementara di Rusia juga terjadi aksi menentang Putin kembali menjadi presiden dan Amerika Serikat dengan aksi pengepungan wall street yang menginspirasi gerakan occupy di seluruh dunia untuk menduduki pusat-pusat ekonomi. Aksi protes yang terjadi di belahan dunia tersebut merupakan buah dari keterbukaan informasi yang terdapat dalam media internet, sehingga media ini menjadi ruang baru bagi demokrasi rakyat.

Peran internet dalam era demokrasi
     Internet bukanlah hal baru dalam dunia komunikasi, jenis media ini masuk kedalam kategori new media yang salah satu definisinya berupa pesan informasinya melalui media internet berupa email, live streaming, mailing list, ataupun telepon genggam. Salah satu karakteristik dari new media adalah kecepatannya dalam menyampaikan informasi dibandingkan media cetak ataupun elektronik. Melalui salah satu definisinya yaitu media jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter serta dukungan telepon pintar membuat orang kapan saja dan dimana saja dapat mengakses serta menyebarkan informasi secara lebih cepat. Kehadiran media sosial tersebut beserta dukungan kecanggihan alat komunikasi membuat interaksi masyarakat di dunia semakin cepat dan up to date sehingga memiliki makna tersendiri dalam arus demokrasi

     Demokrasi perwakilan yang selama ini dianut oleh banyak negara adalah interaksi antara elit dan massa, di mana melalui perwakilannya baik eksekutif maupun legislatif masyarakat mengharapkan suaranya dapat didengar atau menjadi salah satu masukan bagi kebijakan negara. Komunikasi yang terjalin pun berlangsung secara lateral atau lebih kepada pemimpin yang bersifat aktif menyuarakan suara massa. Sedangkan massa sendiri terkadang merasa suaranya tidak terwakili dan cenderung di monopoli oleh pemimpin negaranya. Sebagai contoh yang terjadi di Tunisia, Mesir, dan Libya di mana ekspresi masyarakat cenderung dibungkam oleh elit kuasa yang tidak mau mendengar asipirasi massa. Dengan demikian massa mencari saluran lain untuk mengekspresikan suaranya melalui internet dengan beragam fasilitas pendukung yang canggih.

Benjamin Barber dalam “Which Technology and Which Democracy” mengungkapkan bahwa net menawarkan sebuah alternatif komunikasi untuk massa saling berkomunikasi dan bersuara tanpa perantara elit politik sehingga ada wacana menentang pola komunikasi hirarkis dalam politik dengan demikian new media mendorong demokrasi secara langsung. Melalui pesannya yang begitu cepat tersebar melalui telepon pintar membuat dialog antara massa yang terjalin begitu kuat sehingga institusi politik terkadang terlewatkan oleh proses ini. Secara demokratis proses ini mungkin sangat efektif untuk menjalin relasi yang kuat antara masyarakat sipil sehingga peran institusi politik yang terkadang korup dan elitis tersebut terlimitasi oleh komunitas virtual. Dalam komunitas ini massa bisa saling berinteraksi satu sama lain tanpa takut ekspresi dirinya tidak diakomodir oleh politisi atau pemangku kebijakan.
Beralihnya massa menggunakan media internet sebagai suara alternatif dari instrumen demokrasi yang ada sebagai tanda bahwa ada ketidakharmonisan komunikasi antara lembaga negara dan masyarakat. Hal tersebut juga terjadi dunia barat di mana gerakan sosial termediasi melalui saluran media sosial. Meskipun telah menjadi konsumsi media konvensional namun digunakannya media alternatif seperti jejaring sosial dan lain sebagainya telah menandakan bahwa adanya kebuntuan saluran komunikasi antara elit dan massa. Sehingga internet menjadi media alternatif untuk memberikan informasi kepada massa apalagi dengan dukungan telepon pintar membuat informasi dan pesan kepada massa semakin cepat tersampaikan.

Pelajaran untuk Indonesia
     Bagi Indonesia, fenomena demonstrasi yang termediasi oleh media internet serta peran media sosial yang mempengaruhinya bisa menjadi peringatan bagi para elit di negeri ini. Karena sudah ada bukti internet telah menjadi ruang alternatif demokrasi bagi masyarakat yakni ketika pengumpulan koin untuk Prita ketika menghadapi masalah dengan rumah sakit Omni, dukungan ini mendapat partisipasi luas di masyarakat. Ada banyak lagi kasus dan kejadian di Indonesia yang menggunakan saluran internet sebagai ruang ekspresinya, karena ada sebagian yang menganggap bahwa melalui ruang media ini maka terjalin komunikasi yang partisipatif antara masyarakat dan ini merupakan suatu tantangan bagi para elit politik di Indonesia. Para elit politik hendaknya lebih menyentuhkan hatinya kepada masyarakat yang saat ini mulai merasakan dampak dari krisis global seperti ancaman pangan, ekspor yang mulai berkurang, kenaikan harga minyak dunia, dan lain sebagainya. Karena apabila pemipin dan elit negeri ini tidak eling serta mempunyai nurani niscaya partisipasi masyarakat dalam media internet termanifestasikan dalam sebuah gerakan jalanan yang mungkin kejadian Tunisia, Mesir, dan Libya menghampiri Indonesia.  

Menulis Dengan Rasa

Menulis dengan rasa, inilah behind the scene dari proses menulis opini untuk Harian Kompas yang terbit (27/05/23).  Pagi itu saya sehabis la...