Tuesday, October 23, 2012

Skandal Perselingkuhan Para Pejabat Negara


Perkembangan dunia politik di Indonesia sangatlah menarik untuk diikuti , tidak hanya dunianya yang begitu dinamis tetapi juga kehidupan para politisinya yang kadang membuat sensasi dalam skandal perselingkuhan. Para pelakunya dari periode ke periode politik selalu ada dan bagi sebagian pelakunya berakhir dengan terbuang dari kancah politik itu sendiri. Skandal perselingkuhan yang dilakukan para pejabat negara kelihatannya sangat lumrah dalam dunia politik, namun apabila mereka terkena skandal tersebut maka secara otomatis dirinya mengalami character assasination(pembunuhan karakter). Pendapatan para pejabat negara yang cukup besar disertai fasilitas yang cukup menunjang kekuasaanya menyebabkan godaan terhadap kehidupan pribadinya semakin menguat, apalagi sorotan media terhadap dirinya sering ditayangkan. Berbagai kejadian perselingkuhan yang melibatkan pejabat negara dengan selebritis maupun lawan jenisnya sudah banyak yang terungkap dalam media massa saat ini, kasus skandal ini semakin terbuka dipertontonkan atau diberitakan kepada publik. Pernyataan para selebritis atau pasangan yang menjadi korban perselingkuhan pejabat ini selalu sering menjadi headline dalam media massa khususnya di program infotainment. Janji-janji kehidupan yang layak, menafkahi anak hasil hubungan gelapnya, rebutan harta warisan, sampai kepada pengakuan siapa yang paling sah mengurusi kematian pejabat itu adalah suatu gambaran nyata yang ditampilkan dalam tayangan televisi ketika menuntut haknya sebagai wanita idaman lain dari pejabat bersangkutan. Publik kemudian menginterpretasikan sendiri berita-berita yang menghebohkan itu dan sambil membayangkan bagaimana kehidupan politik itu yang kelihatan tidak bermoral serta menghalalkan segala cara.

Dalam UU no 43 tahun 1999 pasal 1 ayat 2 perubahan atas UU no 8 tahun 1974 tentang kepegawaian negara yang termasuk golongan pejabat negara itu adalah pimpinan dan anggota lembaga tertinggi/tinggi negara sebagaimana dimaksud dalam UUD 45 dan pejabat negara lainnya yang ditentukan undang-undang. Mereka yang termasuk dalam kategori pejabat ini adalah presiden, anggota DPR, menteri, gubernur, bupati, pimpinan lembaga tinggi negara, serta pejabat tingginya lainnya yang diatur dalam undang-undang. Fasilitas negara yang diberikan kepada pejabat tersebut tentu sangat baik dan melebihi apa yang diterima oleh keadaan pekerja biasa baik pns maupun swasta. Karena fasilitas yang begitu menjanjikan tersebutlah maka banyak pihak yang  ingin merasakan atau menjadi bagian dari kekuasaan pejabat itu dan hal ini menggoda para publik figur diluar struktur jabatan negara untuk bisa merasakan bagian nikmatnya gaya hidup tersebut. Dengan cara itulah maka kasus perselingkuhan sering terjadi pada suatu kekuasaan dan lebih banyak korbannya dari kalangan selebritis. Fenomena ini merupakan bagian dari gaya hidup kekuasaan yang penuh dengan sensasi dan kemewahan sehingga telah menjadi rahasia umum bahwa oknum pejabat telah menyalahgunakan jabatannya hanya untuk kenikmatan pribadi.

Gaya Hidup Pejabat dan Skandal Perselingkuhan

Menjadi pejabat negara di Indonesia bagi sebagian masyarakat merupakan suatu anugerah karena berbagai kesempatan dan fasilitasnya yang begitu banyak. Bagaimana tidak selain mendapatkan mobil berkelas mereka juga mendapat rumah beserta tunjangannya yang berlipat ganda, hal tersebut belum ditambah beberapa bonus-bonus yang terlihat maupun tidak. Posisi pejabat negara juga dihormati masyarakat karena pada setiap kesempatan bertemu mereka akan dilayani layaknya seorang abdi dalem kerajaan. Sebagai contoh ketika seorang pejabat negara ingin mengunjungi suatu daerah para aparatus daerah mulai dari tingkat muspida hingga kecamatan sibuk mengurusi kebutuhan para pejabat negara mulai dari penginapan hingga plesirannya. Plesiran yang dilakukannya juga berkelas seperti bermain golf, memesan ruang VIP karaoke, atau sekedar berkongkow di cafe hotel berbintang hingga beberapa hal yang sifatnya pribadi seperti spa dan membutuhkan hiburan wanita. Dengan pelayanan yang begitu berkelas tersebut maka tidak heran banyak pihak yang melirik untuk sekedar dapat merasakan dan menghiburnya ketika para penentu kebijakan itu sedang berada diluar jam keluarganya.
Seorang anggota partai politik besar di Indonesia menyatakan bahwa rumor perselingkuhan anggota partainya yang telah menjadi pejabat negara dengan sesama anggota partai maupun selebriti bukanlah rahasia umum lagi bagi organisasi. Hal itu sudah sering terjadi khususnya selama masa-masa kampanye politik dimana mereka berada di suatu wilayah pemilihan bersama dan di waktu luang mereka melakukan hubungan layaknya suami istri. Ironisnya, hubungan gelap itu dijadikan “alat” bagi lawan politik dalam partai tersebut untuk menjatuhkan politisi itu ketika sudah mendapatkan posisi kekuasaan.

Berbicara posisi politik kita tentunya masih ingat kasus video porno antara anggota DPR Yahya Zaini dan artis Maria Eva yang tersebar kepada publik dan secara tidak langsung menjatuhkan citra politisi tersebut. Kejadian itu menyebabkan politisi itu mengundurkan diri dari parlemen dan sedikit menjauh dari dunia politik yang telah membesarkan namanya. Kasus lain yang tidak kalah heboh adalah tersebarnya video porno antara anggota DPR Karolina Margaret dengan salah satu pengurus organisasi massa di Indonesia. Meski pelaku yang diduga dalam video itu membantah bahwa itu dirinya namun latar belakang masalah kenapa video itu tersebar sempat terungkap di mana ada motif penjatuhan nama baik bagi anggota DPR tersebut karena suatu proyek yang tidak disetujui. Kasus-kasus perselingkuhan antara pejabat yang melibatkan selebritis adalah kasus yang menarik perhatian banyak pihak terutama masyarakat luas karena keduanya merupakan publik figur yang seharusnya menjadi contoh bagi konstituenya dan masyarakat pada umunya.

Perselingkuhan yang terungkap dalam media mungkin selama era reformasi ini sudah mencapai puluhan atau mungkin ratusan. Itupun masih ada yang tidak terungkap oleh media massa, namun yang jelas permasalahan ini sudah menjadi rahasia umum di dalam internal partai itu sendiri. Salah satu faktor yang menyebabkan kasus perselingkuhan dapat terjadi dari sisi selebritis disebabkan oleh dunianya yang penuh kemewahan dan pencarian identitas yang eksklusif.  Para selebritis yang suka melakukan perrselingkuhan dengan pejabat bisa jadi karena ia kagum dengan kekuasaan, kekaguman itu bukan posisi yang dijabatnya namun nilai dari kuasa itu yang bagi mereka memiliki sensasi tersendiri. Jadi bagi selebritis berselingkuh bukan hanya karena nilai ekonomis tetapi bagaimana kekuasaan itu dapat mempengaruhi dirinya dalam bersosialisasi di kalangan orang-orang kelas atas dan ekslusif tersebut. Sedangkan dari sisi pejabat, berselingkuh itu karena aturan hukum yang menyulitkan dirinya untuk beristri lagi sehingga mengambil jalan dengan menikah siri dan berselingkuh. Karena dengan kekuasaan yang dimiliki ada semacam ketidakpuasan ketika mereka belum menguasai seluruh kehidupannya hingga ketingkat yang paling pribadi.

Skandal perselingkuhan antara pejabat dan artis telah menjadi sensasi bagi dunia kekuasaan di Indonesia karena keduanya memiliki daya pengaruh yang kuat dalam kehidupan masyarakat. Keduanya mendapat ruang yang begitu luas dalam sorotan media maupun beragam akses kekuasaan sehingga mereka membutuhkan suatu sensasi lain dalam hasratnya mengekspresikan tubuhnya yakni melalu hubungan seksual. Hubungan seksual menjadi jembatan antara kuasa dan eksistensi, dimana bagi para pejabat seks sebagai bentuk hasrat untuk berkuasa penuh sedangkan bagi para selebriti hubungan seks merupakan bentuk dari sensasional dunia seleb untuk mencari kepuasan eksistensi diri dalam pergaulan yang penuh glamor.

Seksualitas dan Kekuasaan

Seksualitas dalam arti biologis dapat diartikan sebagai hubungan badan antara dua manusia namun bagi ilmu-ilmu sosial makna seksualitas dapat berupa suatu struktur dan konstruksi sosial. Seksual bagi kaum feminis bisa dijadikan analisa untuk melihat relasi kekuasaan antara perempuan dan lelaki, di mana dominasi maskulin biasanya terdapat pada hubungan badan antara kedua insan tersebut. Seks menjadi sebuah simbol kekuasaan terkecil dalam lingkup penguasaan terhadap tubuh karena pada hubungan intim tersebut kekuasaan tergambarkan melalui posisi dan dalam kenikmatan seksual.

Seorang pemikir posmodern asal Perancis yakni Michael Foucalt memandang bahwa seksualitas dalam sejarahnya adalah aturan perilaku yakni hasrat untuk melembagakan yang terkait dengan seks sebagai konsekuensi penting kekuasaan normatif (dalam Haryatmoko, 2011:1). Foucalt meneliti sejarah seksualitas mau mencari tahu bagaimana kekuasaan dikembangkan oleh wacana, di mana kekuasaan sebagai rejim wacana mampu menggapai dan mengontrol individu sampai pada kenikmatan yang paling intim. Cara yang dilakukannya dapat berupa pelembagaan hubungan dalam pernikahan ataupun undang-undang atau melalui rayuan dan intensifikasi (teknik kekuasaan yang memiliki banyak bentuk) seperti menggunakan uang dan pemberian fasilitas. Hal yang terakhir mungkin sangat tepat dilabelkan kepada para pejabat kita yang suka mengkoleksi dan berhubungan dengan para wanita idamannya. Dengan posisi serta jabatannya yang tinggi para pejabat ini mengontrol kekuasannya tidak hanya dalam hal yang struktural tetapi hingga lingkup tubuh wanita. Dalam kehidupan rumah tangganya mungkin para pejabat ini tidak memiliki kepuasan yang sempurna dalam hubungan seksualnya karena berbagai hal baik fisik ataupun lingkungannya sehingga mereka menjalin hubungan dengan selebritis bukan tanpa alasan selain melegitimasi kuasanya yang semakin kuat terhadap publik figur juga untuk melestarikan status sosialnya di masyarakat agar tetap eksis. Begitu juga para selebritis mereka mungkin memanfaatkan statusnya sebagai publik figur untuk mempertahankan eksistensinya di dunia yang glamour, mewah, dan menjanjikan tersebut. Para artis menikmati skandal tersebut karena sensasinya yang begitu menantang serta tidak jarang karena kebutuhan biologis dan ekonominya yang tinggi sehingga kasus perselingkuhan dengan pejabat semakin meningkat.

Meminjam istilah wacana kuasa Foucalt, para pejabat tersebut menguasai tubuh para selebritis tersebut dengan uang yang mereka miliki serta fasilitas yang mereka berikan. Dengan begitu kontrol kebebasan seksual yang dimiliki para elit tersebut berada pada wanita idaman lain yang mungkin secara tidak langsung dikontrolnya. Lalu bagaimana dengan rumah tangga pribadinya yang mungkin hancur akibat perselingkuhannya tersebut?, bagi kuasa wacana berbagai ranah sosial dapat menjadi kontrol sosial. Sehingga bisa dikatakan bahwa para pejabat dalam menjalin hubungan pribadi antara istrinya yang sah tidak berjalan begitu lancar atau bisa jadi ranah domestik rumah tangganya diberikan secara penuh kepada istri sehingga konsentrasi pasangan hanya di lingkungan domestik. Sedangkan pria berkuasa penuh bila berada diluar rumahnya dan makna ini di implementasikan melalui skandal dan perselingkuhan tersebut, cara pandang patriakis inlah yang mungkin masih terjadi dalam cara pandang masyarakat Indonesia.

Bentuk-bentuk patriaksi yang berada dalam sekeliling kehidupan kita antara lain dapat berupa aturan, norma, media, dan berbagai ruang visual yang melambangkan simbol-simbol pria sebagai bentuk kekuasaan. Sedangkan dalam prilaku seksual para pria kebanyakan memandang wanita sebagai suatu keindahan yang termanifestasikan dari bentuk tubuhnya sehingga kuasa pada diri lelaki terpandang dari konstruksi demikian. Gambaran demikianlah yang menyebabkan kekuasaan pejabat yang di dominasi oleh pria itu memiliki hasrat seksual yang tinggi terhadap wanita yang memiliki status model, artis, dan kalangan sosialita karena menganggap mereka sebagai hiburan dari rutinitas kerjanya yang padat dan penuh aturan yang protokoler. Kemudian mengapa dengan seksualitas hasrat mereka terbebaskan?, karena hanya dengan pencurahan hasrat seksual ruang pribadinya dapat terekpresikan sebab di mata publik wajahnya penuh dengan topeng dan pencitraan.

Menulis Dengan Rasa

Menulis dengan rasa, inilah behind the scene dari proses menulis opini untuk Harian Kompas yang terbit (27/05/23).  Pagi itu saya sehabis la...