Udara panas yang cukup menyengat seperti biasanya mewarnai pulau
Pertemuan UNFCCC di Bali kali ini sebenarnya tidak begitu banyak perkembangan yang akan dibahas sebab komitmen Negara maju untuk meratifikasi Protokol Kyoto yang lahir pada pertemuan COP 3 di Jepang masih belum mencapai kata sepakat, hanya Australia yang membuat kejutan melalui perdana menterinya yang baru Kevin Rudd membuat gebrakan dengan meratifikasi protokol tersebut di awal – awal pertemuan Bali ini. Namun secara keseluruhan konvensi ini tidak banyak membahas hal – hal yang konkrit untuk penyelamatan bumi dari pemanasan global adapun pembahasan yang sering terdengar dan terliput dalam media massa utama adalah mengenai perdagangan karbon dan penyelamatan hutan sedangkan dari dalam areal konferensi isu – isu mengenai transfer teknologi, dana adaptasi, dan rencana pembentukan Bali roadmap menjadi santer terdengar di kawasan nusa dua Bali.
Ketatnya keamanan disekitar lokasi konvensi dan wilayah pulau
Kegiatan dalam UNFCCC serta diluar konvensi juga berlangsung secara bersamaan dan banyak pula aktivitas – aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat sipil di
Seperti dalam CSO (Civil Society Forum) forum ini diselenggarakan untuk menghimpun suara – suara dari berbagai kelompok masyarakat sipil baik yang berada di dalam sidang konvensi maupun yang berada di luar sidang, kegiatan yang diselenggarakan didalam areal nusa dua ini terdiri dari beberapa workshop, seminar, testimony hingga hiburan cultural event. Jarak CSO yang dekat dari tempat pertemuan UNFCCC membuat banyak delegasi masyarakat sipil didalam konvensi selalu hadir dalam pertemuan civil society ini. Para selebritis
Adapula people’s protocol forum atau deklarasi rakyat untuk perubahan iklim, forum ini merupakan lanjutan dari pertemuan Bangkok pada bulan Oktober 2007 yang dihadiri oleh beberapa kelompok masyarakat sipil dari belahan dunia yang mempunyai ide untuk menciptakan suatu deklarasi khusus untuk rakyat untuk perubahan iklim. Deklarasi ini mengartikulasikan nilai – nilai dan prinsip – prinsip yang seharusnya menjadi pedoman aksi dan perjuangan rakyat secara internasional melawan perubahan iklim dan berbagai dampak kehancuran ekologi global dan social ekonomi yang diakibatkannya kalimat demikian merupakan bagian dari isi draft deklarasi rakyat tersebut. Deklarasi yang berlangsung sehari menjelang day of action ini dihadiri oleh beberapa aktivis social local disekitar
Tanggal 8 Desember merupakan hari aksi solidaritas seluruh dunia dalam rangka memberikan suara dari akar rumput terhadap pertemuan UNFCCC Bali 2007, aksi yang telah disepakati dan diadakan oleh beberapa komunitas dunia yang peduli akan pemanasan global ini berlansung serentak pada tanggal yang sama diseluruh Negara dunia dari mulai benua Australia, Asia, Afrika, Eropa, hingga Amerika. Khusus di Bali aksi ini sangat special karena sebagian dari perwakilan kelompok gerakan social dunia sedang berkumpul di pulau ini dalam rangka mengikuti konferensi UNFCCC, sejak pagi sekitar pukul 10 kantor DPRD ( parlemen daerah ) sudah didatangi oleh ratusan kelompok
Forum lain yang ada dalam penggalangan masyarakat sipil melawan perubahan iklim ini adalah ‘Solidarity for the cool planet’, forum ini berlangsung didalam arena pertemuan CSO namun isu dan pesertanya ada pula dari luar kelompok2 dalam CSO sendiri. Forum ini kebanyakkan membahas mengenai dampak neoliberalisme dan perdagangan bebas dalam hubungannya dengan perubahan iklim, sehingga banyak figur dan tokoh2 yang sangat kritis dengan globalisasi menjadi penyelenggara dan pembicara dalam forum yang selalu ramai diikuti oleh peserta. Tokoh yang hadir sepert Walden Bello (Focus), Yoko Amimoto (ATTAC Japan), Henri Saragih (Via Campesina), Meena Menon (Focus India) dan diikuti pula oleh organisasi seperti MST Brazil, Globalization Monitor, Korean Confederation Trade Union. Topik yang sangat ramai dibicarakan dalam forum solidaritas tersebut sangat bervariatif ada yang memobilisasi persiapan aksi untuk G8 di Hokaido Jepang pada bulan Juni yang dikampenyakan oleh ATTAC dan ada juga membicarakan mengenai matinya pertanian dibawah rejim neoliberalisme. Atau berbicara mengenai dampak negatif dari perdagangan karbon terhadap kesejahteraan rakyat miskin dan relevansinya terhadap ekonomi neoliberalisme. Forum solidaritas yang berlangsung selama 3 hari ini sangat memberikan pencerahan bagi masyarakat sipil untuk memahami bahwa isu perubahan iklim sangatlah berdekatan dengan isu globalisasi karena mencakup isu perdagangan pula didalamnya serta bisnis baru utamanya yang tentunya merugikan seluruh rakyat miskin dan masyarakat adat.
Disela – sela forum pertemuan masyarakat sipil tersebut terdapat juga rapat mengenai persiapan Forum Sosial Dunia 2008, dalam rapat tersebut dibahas mengenai rencana aksi secara global dalam rangka merespon pertemuan tahunan masyarakat sipil seluruh dunia tersebut. Pertemuan yang telah berlangsung sejak tahun 2001 ini sudah pernah berlangsung antara lain di
Suara – suara masyarakat sipil tidak hanya terjadi dilluar arena UNFCCC melalui forum – forum yang mereka selenggarakan melainkan pula terjadi didalam areal konferensi UNFCCC. Puluhan orang bahkan beberapa orang setiap harinya melakukan aksi simpatik didepan pintu masuk BICC ( Tempat pertemuan berlangsung ) aksi yang diadakan biasanya berlangsung setiap pagi hari menjelang konferensi dibuka. Dengan menggunakan spanduk seadanya atau menggunakan perlengkapan seadanya mereka biasanya berteriak untuk menarik perhatian para delegasi yang melewatinya, pengawasan ketat pun dilakukan oleh polisi PBB yang berjaga sepanjang hari. Kelompok – kelompok yang aksi banyak dari NGO2, kaukus muda, individu dan beberapa organisasi2 lainnya.
Dalam areal konferensi UNFCCC sendiri tidak membawa hasil yang sangat signifikan para delegasi yang bersidang sangat lambat dalam mengambil keputusan maupun ketika bernegoisasi. Ajang pertemuan hanya dijadikan agenda bisnis baru bagi perusahaan2 besar dan kepentingan Negara maju untuk mempertahankan emisinya yang tidak mau dikurangi,nyaris pertemuan ini hanya jadi ajang basa basi politik dan dagang. Hal krusial mengenai bagaimana menyelamatkan bumi ini dari pemanasan global tidak disentuh sama sekali oleh para delegasi, Negara maju khususnya Amerika Serikat masih ingin bertahan untuk tidak tanda tangan protocol Kyoto dan mengurangi emisi, Negara – Negara berkembang tidak begitu banyak didengar oleh Negara maju tetapi malah diberi dana untuk pemyelamatan lingkungan hal ini sebenarnya tidak menyentuh langsung kepada isu penyelematan lingkungan. Banyak rapat2 yang berlangsung deadlock bahkan harus diselesaikan hingga dini hari dan pertemuan ini sendiri berakhir mundur dari jadwal sebenarnya.
Hasil - hasil selama pertemuan ini memang tidak begitu banyak kemajuan, beberapa isu menonjol selama pertemuan ini antara lain mengenai dana kompensasi Negara maju kepada Negara berkembang. Untuk isu ini memang menguntungkan bagi Negara berkembang sebab uang mengalir begitu banyak nantinya namun ini juga dapat menjadi jebakan sebab apakah uang tersebut dapat digunakan semestinya atau menjebak untuk korupsi kembali sedangkan Negara maju tidak ingin mengurangi emisi karbonnya jadilah Negara berkembang hanya jadi sapi perah emisi mereka. Selain isu dana kompensasi masalah transfer teknologi juga santer terdengar dalam pertemuan yang merupakan usaha dari PBB untuk menyelamatkan bumi dari pemanasan global ini, transfer teknologi mengalami kendala sebab Negara maju masih tidak ingin mentransfer teknologi majunya untuk Negara dunia ketiga. Permasalahan ini sempat mengemuka dalam setiap sidang – sidang yang berlangsung teknologi nampaknya masih menjadi barang mahal bagi Negara maju untuk dishare kepada Negara berkembang, kalaupun teknologi transfer ini bisa berjalan itupun harus melalui agen – agen mereka yang diwakili oleh perusahaan2 bisnis raksasa berskala besar. Isu terakhir yang mendapat perhatian besar dalam UNFCCC di Bali ini adalah Bali roadmap yaitu sebuah kesepakatan menuju 2009 untuk persiapan pengganti protocol
Pertemuan COP 13 Bali kali ini akhirnya hanya berhasil menjadi ajang menebar image antara beberapa figure politik, seperti Kevin Rudd dengan manuvernya menandatangi Australia untuk protocol Kyoto, terpilihnya sang broker karbon Al Gore sebagai peraih nobel perdamaian meskipun aneh dilihatnya, presiden Indonesia yang membagikan cd gratis ciptaan lagunya tentang pemanasan global.
Konsesus roadmap telah disetujui dalam UNFCCC Bali namun Amerika Serikat tetap tidak ingin mengurangi emisi sampai 2012, dan kepentingan perusahaan besar sangat dominan dalam konferensi ini. Sebagai catatan untuk UNFCCC bahwa sesungguhnya kepentingan rakyat dunia dan penyelamatan bumi harus didahulukan jangan sampai konferensi ini hanya menjadi ajang buang uang dari industri besar untuk memuluskan jalannya neoliberalisme, dunia kita ini bukan untuk diperdagangkan.
Tulisan Oleh : Meistra Budiasa